Archive for September 2015

Hikmah Dibalik Ayat Nusyuz


An-Nisa, salah satu surat yang sering digugat oleh Feminis. Lebih spesifik lagi, mereka menggugat salah satu ayat dalam surat ini, yaitu ayat 34 (selain ayat tentang waris). Ayat ini, kata mereka, mendukung kekerasan terhadap perempuan, terutama pada "wadhribuu hunna" (dan pukullah mereka) pada baris keempat. 

Mengenang P Ramlee Melalui Upin Ipin

"Saye suka bujang lapuk, alibaba lapuk, semue yang lapuk-lapuk saye suka"
(Uncle Mutu, Film kartun Upin dan Ipin episode "Penyair Melayu P. Ramlee" sebelum Maghrib waktu Jakarta tadi)

Imam Palestina: “Istri saya sudah memuliakan saya seperti Raja, mana mungkin saya melukainya?”

Wawancara Syaikh Syadi Filyan di Lapas Anak Pria Tangerang
02 Juli 2015
Ada kisah menarik penuh kesan yang saya temukan dari Imam Palestina, Syaikh Syadi Filyan. Kisah ini saya dapatkan setelah mewawancarai beliau, saat salah seorang teman saya tiba-tiba bertanya soal poligami kepada ayah dua anak bernama Qasam (6 tahun) dan Sarah (4 tahun) ini.
“Syaikh kenapa ngga poligami? Kan sunnah Rasul”, spontan teman saya bertanya setelah sesi wawancara telah diakhiri.
Kontan saja, saya dan teman-teman yang menemani wawancara kaget, termasuk mas Ardhi penerjemah dari Sahabat Al-Aqsha.
“Sebelum menanyakan poligami, tanya dulu bagaimana keluarganya, anaknya berapa, nama istrinya”, mas Ardhi memberikan instruksi.
Akhirnya pertanyaan tentang poligami diawali dengan menanyakan keluarga Pria asal Ramalah ini, baru setelahnya (dengan penuh rasa sungkan dan segan), mas Ardhi menyampaikan pertanyaan teman saya soal poligami.
Imam dan Khatib Masjid Burham ini tersenyum, “Istri saya sudah begitu memuliakan dan melayani saya seperti Raja, mana mungkin saya melukainya (dengan menikah lagi)?”.
Saya, ummi Suci Ummi Adam, bunda Wylvera Windayana dan Sarah Daryanti langsung speechless dan terkesima mendengar jawaban beliau :’)
“Dan dia istri saya untuk yang pertama dan yang terakhir (awalun wa akhirun)”, pungkasnya menegaskan.
Saya berhusnudzon, bukan berarti beliau menganggap poligami itu bukan sunnah Rasul namun beliau mungkin merasa tidak mampu berbuat adil dengan menikah lagi, karena dalam surat An-Nisa ayat 3 pun Allah menegaskan, jika tidak mampu untuk berbuat adil maka sebaiknya cukup satu saja.

Kejutan Tak Terduga di balik Penulisan Hamka yang Melegenda (Dari Haji Agus Salim Hingga D.N Aidit)

Andung Azizah (Kiri) dan ibu saya (kanan)
"Kalian beruntung sekarang tak susah-susah lagi untuk cari ilmu, ulama kita dulu harus berjalan jauh ke surau demi cari ilmu", nasehat andung Azizah Hamka pada kami bertiga (saya dan kedua cucu andung, Akbar dan Iqbal).
Tak disangka, sehari sebelum peringatan 34 tahun kepergian Buya Hamka yang jatuh pada hari ini dan di saat saya masih menyelesaikan tulisan bersambung saya tentang Hamka yang Melegenda, saya dan keluarga mendapat kejutan tak terduga berupa kunjungan silaturahmi dari salah satu keluarga Buya Hamka pada Kamis kemarin (23/07/2015).
Siang itu menjadi hari bersejarah, tidak hanya soal kunjungannya saja tetapi juga obrolan kami berubah menjadi diskusi sejarah, tak peduli pada matahari yang sinarnya begitu cerah hingga membuat gerah dan wajah lelah, walau demikian suasana tetap meriah (eh keterusan tongue emoticon ).
Banyak cerita menarik yang kami dapatkan dari andung Icah (nama kecil andung Azizah), di antaranya tentang Masyumi dan PKI. Sudah banyak tertulis dalam sejarah jika Masyumi dan PKI merupakan musuh bebuyutan satu sama lain. Kisah tentang permusuhan ini masih kental terlekat dalam ingatan andung.
Waktu itu orang-orang PKI mengejek Haji Agus Salim yang sedang berpidato dengan menirukan suara kambing, "embeeekk... embeeekk", hal ini karena janggut Haji Agus Salim menurut orang-orang PKI mirip hewan berkaki empat itu.
"Saya mau menanggapi jika kambing-kambing ini keluar dari ruangan atau mereka bisa berbicara dengan bahasa yang sopan", dengan elegan dan diplomatis Laki-laki yang ahli dalam tujuh bahasa ini menjawab ejekan tersebut*.
Ki-kanan: Akbar, Nambo, Ibu, Andung, Mama, Papa,
kakak, saya. Sayang Iqbal ga ikut foto :p
Ada pula kisah lain dari salah satu tokoh Partai Komunis Indonesia yang terkenal dalam sejarah, D.N Aidit yang mempunyai nama asli Djafar Naim Aidit**. Saat itu istrinya sudah tiga hari sakit dan belum juga dibawa ke dokter, akhirnya oleh salah satu tokoh Masyumi (kalau saya tidak salah dengar, Mohammad Natsir) Aidit ditanyai, "kenapa kau tidak bawa istrimu ke dokter?", kemudian laki-laki berdarah Minang ini menjawab, "karena saya tidak punya uang", akhirnya atas biaya tokoh Masyumi tersebut, istri Aidit bisa dibawa ke dokter.
Pelajaran yang bisa diambil dari dua kisah di atas ialah tidak perlu bersikap reaktif saat diejek atau dihina lawan, karena dari sana akan terlihat mana yang akhlaknya lebih baik, kemudian jangan kita membenci seseorang atau suatu kelompok hingga hilang rasa adil kita, terakhir walau Masyumi dan PKI bermusuhan namun jika salah satunya ada kesulitan, tetap harus ditolong.
MasyaaAllah... tarimo kasih untuak pelajaran nan alah dibagi, andung :')
Terima kasih banyak juga untuk hadiahnya Ibu dan Akbar :')
Barakallahu fiikum wallahu yahfazhukum wayar'aakum...
*correct me if i'm wrong
** sumber dari Prof. Ahmad Mansur Suryanegara saat seminar Islam dan Nusantara pada tanggal 05 Juli 2015 di Aula Gedung Djoeang, Menteng, Jakarta Pusat

Feminis, Musuh Para Ibu dan Istri

"...faktor-faktor dan hambatan dalam pelaksanaan konvensi (CEDAW/Konvensi Penghapusan Segala Diskriminasi Terhadap Perempuan, red) adalah Komite yakin bahwa perilaku budaya yang menetapkan perempuan sebagai ibu dan istri merupakan hambatan besar dalam pemajuan perempuan" (Achie Sudiarti Luhulima, 2007:240).

Ayuna Namanya

Sore tadi, saat sedang menjaga keponakan di depan Lobby utama Rumah Sakit Pusat Pertamina, tiba-tiba seorang Balita perempuan memberikan senyumannya yang paling manis pada saya dari kejauhan, beberapa kali ia memberikan ekspresi seperti itu. MasyaaAllah... senang sekali rasanya saya, senyumannya bak rinai hujan yang meneduhkan dan tanpa beban.

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -