Posted by : Sarah Larasati Mantovani Monday 22 September 2014

Foto: Swaragama FM
Pandai jangan hanya disempitkan dengan ukuran kertas transkrip nilai sekolah atau kuliah, karena mungkin bisa dimanipulasi, tapi Pandai adalah bagaimana sang ibu menjadikan anak itu terus dan mau belajar, serta kritis dan punya rasa ingin tahu yang tinggi.


Saya banyak mendapati, banyak orang-orang Pandai ternyata ibunya hanya lulusan SD (termasuk salah satu Guru Besar Fakultas Ekonomi UI, sayangnya saya lupa namanya tapi kilasan ceritanya pernah dimuat di Majalah Suara Hidayatullah), dan sejenisnya, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan cerita seperti itu.

Namun, bukan berarti menjadi seorang Ibu harus berpendidikan rendah, menjadi Ibu - apalagi di era globalisasi dan modernisasi sekarang ini - harus berpendidikan tinggi, seperti kata Kartini dalam suratnya kepada Prof. dan nyonya F.K Anton di Jena, tertanggal 04 Oktober 1904, ia menulis: “Apabila kami dengan sangat meminta pendidikan dan pengajaran bagi gadis-gadis bukanlah sekali-kali karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan itu saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini, melainkan karena kami hendak menjadikan perempuan itu lebih cakap melakukan kewajibannya, yaitu kewajiban yang diserahkan oleh Alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu – pendidik manusia yang pertama”.

Lebih lanjut lagi, ia katakan, "Ibulah yang menjadi pusat kehidupan rumahtangga, dan kepada ibulah terletak kewajiban pendidikan anak-anak yang berat itu: yaitu bagian pendidikan yang membentuk budi-pekerti-nya…untuk keperluan keluarga yang lebih besar, yang dinamakan Masyarakat, dimana ia kelak akan menjadi anggotanya. Itulah sebabnya kami minta pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak gadis", (Sejarah Nasional Indonesia, Sartono Kartodirdjo)

So, ukhti fillah, kalian harus bangga menjadi scholar Mom! 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -