Posted by : Sarah Larasati Mantovani Tuesday 20 March 2012

Siapa orang Indonesia yang tidak kenal dengan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar? Hampir semua rakyat Indonesia pasti tahu dengan salah satu yayasan pendidikan tertua di Indonesia ini. Namun, sebagai yayasan pendidikan yang pernah didirikan oleh Abdullah Salim seorang Tokoh MASYUMI Jakarta dan pernah dikunjungi oleh Ulama asal Mesir, Syaikh Mahmud Syaltout, wajah YPI Al-Azhar dulu dan kini berbeda. Apa sebabnya? Simak penelusuran saya tentang YPI Al-Azhar.


Angin sepoi-sepoi langsung menyambut saya dan teman-teman kantor yang hari itu sedang ditugaskan untuk wawancara Dewan pengurus Al-Azhar. Terlihat bangunan tinggi bercat putih dengan tiang dan jendela yang tinggi-tinggi. Sekilas, bangunan itu memang sangat mirip dengan Universitas Al-Azhar Cairo yang selalu saya lihat di foto teman yang pernah berkuliah di sana. Ya, itulah Universitas Al-Azhar Indonesia yang terletak di jalan Sisimangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

KECELE. Itulah kata pertama yang muncul dalam pikiran saya saat memasuki gerbang YPI Al-Azhar Pusat, Selasa siang (20/03). Bagaimana tidak? Karena saat saya berjalan di samping kampus Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), berkali-kali saya melihat mahasiswi-mahasiswi yang tidak berjilbab atau bahkan pakaiannya yang ketat-ketat dan transparan, menggoda iman siapapun yang melihatnya, termasuk (mungkin) teman-teman kantor saya yang saat itu sedang dalam tugas wawancara Dewan Pengurus YPI Al-Azhar untuk ulang tahun Al-Azhar yang ke 60 tahun nanti. Begitu pun saat saya melewati Masjid Al-Azhar yang dulu namanya pernah diberikan oleh Ulama asal Mesir dan merupakan mantan Grand Syaikh Al-Azhar Cairo, Syaikh Mahmud Syaltout saat beliau pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 1961.
Bangunan UAI yang mirip dengan Universitas Al-Azhar, Cairo
foto :  citadarabelarosa.blogspot.com

Merasa tidak percaya dengan apa yang saya lihat, saya berusaha untuk berhusnudzon (berprasangka baik), "ah mungkin mereka bukan mahasiswa UAI," pikir saya dalam hati. Tapi rasa husnudzhon saya hilang saat melihat mahasiswi-mahasiswi berpakaian ketat semakin banyak lalu lalang masuk ke dalam kampus UAI. Saya jadi semakin gusar saat melihat hal tersebut. Bahkan beberapa dari mereka ada yang saya foto sebagai bukti bahwa mahasiswi-mahasiswi UAI memang banyak yang tidak berjilbab.

Segudang pertanyaan langsung menghantam otak saya, Dimana posisi YPI Al-Azhar khususnya UAI saat ini? Apakah sebagai Perguruan Tinggi Umum ataukah Perguruan Tinggi Islam? Kalau memang sebagai Perguruan Tinggi Islam, kenapa banyak mahasiswinya yang tidak berjilbab? Bagaimana dengan jargon, "Berpakaian dan berperilaku Islami" yang selalu di usung oleh YPI Al-Azhar? Apakah hal tersebut tidak berlaku di UAI? Apakah memang YPI Al-Azhar sudah disusupi sekulerisasi dan liberalisasi? Kalau ya, sejak kapan? Bagaimana cara YPI Al-Azhar dalam menerapkan Islamic Lifestyle kepada para pengurus, tenaga pengajar maupun anak didiknya sendiri? Apakah memang tidak ada aturan yang mewajibkan berjilbab di UAI? Dimana posisi UAI sendiri di YPI Al-Azhar? Bagaimana dengan peran Dewan Pengawas dan Dewan Pembina di YPI AL-Azhar? Apakah Dewan pengawas berhak untuk mengintervensi hal-hal seperti ini, misalnya tentang aturan berpakaian atau kurikulum? Apa saja yang menjadi tugas-tugas Dewan Pengawas di YPI AL-Azhar? Apakah memang hal tersebut yang diinginkan oleh para pengurus di YPI Al-Azhar sendiri? Dan segudang pertanyaan lainnya yang saya rasa perlu dan wajib dijawab oleh para pengurus YPI Al-Azhar.

Lalu mau dikemanakan nama Buya HAMKA sebagai Ulama yang sudah banyak berkontribusi untuk Al-Azhar? Mau dikemanakan jargon, "Berpakaian dan Berperilaku Islami" yang dipasang di depan pintu masuk SMP Al-Azhar Kebayoran? Ah, saya jadi semakin tidak mengerti.....



(...................BERSAMBUNG...............)

{ 2 comments... read them below or Comment }

  1. Terima kasih infonya, sesuatu yang datang tepat disaat saya membutuhkan sebuah "hujjah" penguat. Karena lembaga tempat saya mengajar sedang demam dengan al-Azhar dan tepatnya setifikat Cambrige...

    ReplyDelete
  2. Al azhar memang harus di reformasi , kami alumni al azhar saat ini besama segenap elemen nya sedang berjuang unt mengembalikan al azhar kpd "khittah" nya sbg garda depan pendidikan islam . Al azhar bukan money making machines , tujuan utama adalah idialisme pendidikan islam spt ygdi canangkan alm buya hamka .Bantu support dan doakan kami unt dapat mereorientasi al azhar menjadi lebih baik dan membanggakan . Salam Indo R Samili , alumni alzahar angkatan ke 5

    ReplyDelete

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -