Posted by : Sarah Larasati Mantovani Sunday, 18 December 2011

Mungkin selama ini kita hanya mengenal kebudayaan Minang dari Rumah Gadang atau makanan khasnya - Rendang, tapi ternyata daerah yang terletak di Barat Sumatera ini mempunyai kebudayaan lain yang tidak kalah pentingnya untuk dijaga, yaitu songket.




“Songket Minangkabau merupakan songket terhalus yang pernah saya temui di dunia”. Itulah yang dikatakan Bernhard Bart, Peneliti Songket Minangkabau asal Switzerland, saat diwawancarai tentang songket Minangkabau oleh Tabloid Ibadah di acara Pameran Revitalisasi Songket Minangkabau, Bentara Budaya, Sabtu Siang (03/12).


Ia juga menyebutkan, dari hasil penelitiannya selama 10 tahun di sejumlah negara dan kota-kota penghasil songket di Indonesia, songket Minang merupakan songket yang sangat kaya dengan motif-motif bermakna simbolik dan filosofis.



”Jika kita perhatikan produk-produk budaya Minangkabau yang dihasilkan sekitar 100 tahun lalu, seperti hasil kerajinan songket, Minangkabau memang memiliki kualitas yang patut dibanggakan. Minangkabau pernah mencapai suatu fase perkembangan yang mampu menciptakan karya budaya yang kualitasnya melewati zaman penciptaannya,” Jelasnya.


Selain itu, saat ditanya mengenai sejarah keberadaan songket, Pria berumur 58 tahun ini tidak bisa memastikan sejak kapan songket Minangkabau ditemukan, “Tidak bisa dipastikan kapan, karena kain yang paling tua saja mungkin sudah berumur sekitar 200 tahun”. Terangnya. Sedangkan sejarah dari songket Minangkabau sendiri berasal dari kerajaan Sriwijaya yang kemudian dikembangkan melalui kerajaan Melayu sampai akhirnya masuk ke ranah Minang.



Asal Mula dan Latar Belakang Songket



Kata songket sendiri sebenarnya berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya, mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya untuk kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja, akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. (wikipedia.com.)


Latar belakang mengenai songket Minangkabau ini pun unik, karena orang-orang Minang pada jaman dahulu tidak bisa menulis dan akhirnya mereka mengekspresikan perasaan mereka ke dalam songket sehingga masing-masing songket punya arti dan makna yang berbeda-beda.


Adakah Dampak Krisis Eropa Terhadap Kerajinan Songket? 


Jika pada jaman dahulu, bahan songket didapat dari India, Persia ataupun China, kini bahan songket didapat dari Prancis.


Kemudian, saat ditanya mengenai ada atau tidaknya dampak langsung dari krisis Eropa terhadap kerajinan songket, Pria yang merupakan salah satu pemilik studio songket ErikaRianti di Kabupaten Agam ini menjawab,  “Tidak ada dampak ataupun pengaruh terhadap songket”. Karena meski benang emas yang dipakai untuk menenun songket memang berasal dari Prancis, tetapi bahan songket tidak harus dibuat atau ditenun dengan emas dan perak tetapi juga bisa dari bahan lain, sutra misalnya.


Terakhir, ia berpesan, jika ingin budaya songket ini tetap hidup, orang Minang sendiri yang harus menjaga budayanya. Selain itu, ia juga berharap songket Minang ini tidak diproduksi secara massal sehingga makna dari songket itu sendiri tetap terjaga. “Pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga harus terus menghargai dan mendukung warisan leluhur ini”. Tutupnya sambil tersenyum. (SLM)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -