Posted by : Sarah Larasati Mantovani Sunday 31 July 2011

Ketentraman umat beragama terusik kembali dengan peristiwa pengeboman di Oslo, Norwegia yang dilakukan oleh seorang pemuda berusia 32 tahun bernama Anders Behring Breivik, pada tanggal 22 Juli lalu. Seperti yang dilansir dari TvOne pada tanggal 26 Juli lalu bahwa Breivik melakukan hal tersebut atas dasar kebenciannya terhadap Islam. Padahal korban yang berjatuhan di sana mungkin tidak hanya dari umat Islam tapi juga dari umat dari agama lain.



Mungkin kita juga tak akan pernah lupa, dengan upaya aksi pengkristenisasian berkedok biro jodoh yang terjadi pada tanggal 25 Juni 2011 lalu di Mega Mall Bekasi oleh oknum Gereja Bethel Indonesia. Oknum Gereja membagi-bagikan brosur kepada setiap pengunjung, tak perduli bahwa pengunjung tersebut adalah seorang muslim. (Kristenisasi Berkedok Biro Jodoh, 25 Juni 2011, http://alislamu.com/dunia-islam/4243-kristenisasi-berkedok-biro-jodoh-gereja-bethel-catut-pemkot-bekasi.html)



Apa yang sesungguhnya terjadi merupakan salah satu efek dari toleransi semu, dua kasus di atas adalah contohnya. Karena pada kenyataannya, masih adanya ketidakjujuran dan ketidakpercayaan terhadap agama lain masih mengusik kerukunan dan toleransi umat beragama itu sendiri.

Memang kita tidak bisa memaksa umat dari agama lain untuk selalu rukun dan bertoleransi, karena gesekan-gesekan kecil itu pasti akan tetap ada. Hal ini amatlah wajar, apalagi sebagai makhluk Allah yang memang sudah diciptakan berbeda dari sananya, kita harus hidup dalam perbedaan yang ada. Tetapi, dengan adanya pengkristenisasian terselubung dan sikap ekstremis (tahu yang diyakini tetapi tidak mau tahu dengan apa yang diyakini oleh orang lain), justru akan merusak makna toleransi beragama yang sudah telah lama dibangun. Nah, kalau sudah begini maka Nobel Perdamaian Dunia seperti tak lagi berarti.

Berbagai upaya juga telah dilakukan untuk menciptakan toleransi dan kerukunan umat beragama, mulai dari upaya dialog lintas agama hingga adanya ajaran pluralisme agama seperti Abrahamic Faiths ataupun Millah Ibrahim, Transcendent Unity of Religion, Sinkretisme dan Filsafat Perennial yang diciptakan oleh Barat dan diadopsi secara mentah-mentah oleh cendekiawan Muslim kita, tetapi kenapa toleransi semu itu masih saja ada? Apakah memang tidak ada solusi konkrit dan lebih baik untuk menciptakan toleransi yang sesungguhnya?.

Berikut ini adalah beberapa solusi konkrit untuk terciptanya toleransi dan kerukunan antar umat beragama:

1.Adanya kegiatan misionaris yang secara agresif dan upaya untuk mengalihkan kelompok agama tertentu oleh kalangan misionaris dengan metode atau cara-cara penyebaran yang seringkali digunakan tidak sesuai dengan etika agama yang dianut sebaiknya jangan terulang kembali.

Seperti pengkristenisasi dengan alasan bantuan sosial dan kemanusiaan yang pernah menimpa anak-anak korban tsunami di Aceh pada bulan Januari tahun 2005 lalu. (lihat Rizky Ridyasmara, Gerilya Salib di Serambi Mekkah: Dari Zaman Portugis Hingga Paska Tsunami, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2006) atau seperti yang terjadi saat paska meletusnya Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu, saat sekelompok anak-anak muslim membawa buku (yang ternyata adalah) Alkitab dan didapatkan dari posko lapangan (non-muslim) di Dusun Windu Sajan, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang, meski pada akhirnya Alkitab tersebut ditarik. (Di kutip dari situs http://www.suara-islam.com/news/berita/nasional/1531-upaya-pemurtadan-di-lereng-merapi-merbabu).

2.Adanya sikap respek terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di antara berbagai agama tetapi sikap respek tersebut bukan berarti kita meyakini kebenaran dalam agama lain.

3.Dalam memelihara kerukunan umat beragama, seperti yang pernah dikatakan oleh presiden RI kedua, Soeharto: ada ketentuan yang tak tertulis bahwa daripada berusaha membujuk orang-orang yang telah beriman kepada Tuhan untuk pindah agama, umat Islam, Katolik dan Protestan lebih baik mendakwahi orang-orang yang belum memiliki agama. Itulah lahan yang belum dimiliki oleh siapapun. (Dikutip dari Asep Syaefullah, Merukunkan Umat Beragama: Studi Pemikiran Tarmizi Taher tentang Kerukunan Umat Beragama, Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta, 2007, hlm. 197).

4.Penghapusan saling curiga, lebih mengembangkan kejujuran dan keadilan dalam pengembangan misi dan dakwah masing-masing agama.

5.Komitmen untuk saling jujur di antara para pemeluk agama yang berbeda. Seperti pemurtadan yang dilakukan terhadap umat Islam merupakan adanya ketidakjujuran dan tindakan menikam umat Islam dari belakang.

6.Masing-masing umat beragama sebaiknya tak perlu ikut mencampuri masalah agama lain. Contohnya seperti yang pernah dilakukan oleh salah satu sekretaris KWI-Romo Benny yang pernah menyatakan dukungannya terhadap Ahmadiyah. (lihat http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/03/07/13623/pbnu-bela-ahmadiyah-romo-benny-ikut-nistakan-islam-picu-kemarahan-umat/).

7.Diadakannya dialog antar agama yang membicarakan perlunya pengaturan tentang masalah konversi agama dan adanya kesepakatan/perjanjian tentang hal tersebut dalam bentuk tertulis serta adanya sanksi bagi yang melanggar, sehingga upaya-upaya pemaksaan konversi agama dengan berkedok bantuan sosial atau kemanusiaan, beasiswa terselubung (disekolahkan tetapi kalau sudah besar dibaptis dan dijadikan sebagai penginjil), dan lain-lain bisa diminimalisir.

Selain itu, diadakannya pula dialog antar agama yang membicarakan perlunya kerjasama dan komunikasi untuk menghindarkan salah paham antar agama dan mencari faktor-faktor negatif yang mengganggu kerukunan umat beragama dan berupaya menghilangkannya. Tentunya agar tercipta dialog yang sehat, masing-masing dari pemeluk agama harus menghilangkan sikap curiga dan ditekankannya sikap saling jujur dan tenggang rasa yang amat besar.

Membicarakan tentang toleransi memang tak pernah basi, karena toleransi memainkan peran yang sangat penting dalam hubungan antar umat beragama. Selama masih adanya ketidakjujuran dan ketidakpercayaan kita terhadap pemeluk agama lain, selama itulah toleransi semu itu akan terus ada.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -