Posted by : Sarah Larasati Mantovani Sunday 31 July 2011

Detik demi detik, waktu demi waktu
Tak terasa hari-hari itu telah berlalu
Kini aku bukanlah gadis kecilmu
yang bisa kau selimuti setiap akan tidurku

aku tahu, Ayah…
aku tahu akan kekhawatiranmu
bahwa suatu saat nanti kau harus melepaskanku
dan aku bisa membacanya dari matamu

aku mengerti, Ayah…
aku mengerti akan kegelisahanmu
kau ingin aku menggapai semua impian-impianku
kau ingin aku membahagiakanmu dulu
tanpa harus terikat dengan janji suci itu

tetapi, Ayah…
ku tak bisa seperti ini selamanya
setelah aku menemukan ikhwan yang bisa ku percaya
untuk menjadi seorang imam dalam rumah tangga
yang nantinya akan ku dirikan bersama dengannya

aku tahu, engkau begitu sayangnya padaku
aku tahu, kau begitu khawatir dengan laki-laki pilihan hatiku
aku tahu, aku tak bisa menjanjikan kebahagiaan itu padamu
tapi satu yang pasti, insya Allah dia tak akan mengulang apa yang pernah kau lakukan padaku

Percayalah padaku, Ayah…
Dia-lah yang nantinya akan menggantikan tugasmu
Untuk membimbing dan mendidikku
Dia-lah yang nantinya akan melanjutkan tugasmu
Untuk menjaga, melindungi dan menafkahiku
Dia-lah yang nantinya akan melanjutkan baktiku padamu

Hanya satu pintaku sebagai anak yang telah tumbuh dewasa
nikahkan aku untuknya, Ayah…

{ 1 comments... read them below or add one }

  1. waduuuh curahan hatimu -waktu spertiga malam ,bikin puisi nyaa yaaa...

    ReplyDelete

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -