Posted by : Sarah Larasati Mantovani Monday, 6 February 2012


Salah satu baju yang didesain oleh Desainer MUMTAAZ
MUMTAAZ, kata yang diambil dari bahasa Arab mempunyai arti sangat baik, istimewa atau bermutu tinggi. Jika kita membaca kata ini, ingatan kita pasti akan tertuju pada sosok permaisuri Syah Jehan, Mumtaz Mahal, yang namanya diabadikan di Monumen Taj Mahal. Di Universitas al-Azhar, Kairo, istilah ini biasa dipakai untuk mahasiswa yang mempunyai nilai di atas rata-rata alias summa cumlaude.


Rupanya hal inilah yang mendorong Bapak Keke Sugita Hari atau yang biasa dipanggil Pak Keke, seorang pengusaha yang merupakan pemilik MUMTAAZ, untuk menamakan usaha yang sudah lebih dari 11 tahun didirikannya sejak 20 September 2005 dengan nama MUMTAAZ.

Sejarah MUMTAAZ
Pada awal berdirinya, Pak Keke, memang sudah tertarik dengan potensi luar biasa dari busana-busana muslim yang dirancang oleh Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia Jawa Barat, kemudian karena ketertarikannya yang besar pada busana muslim itulah, pada saat itu ia bertemu dengan Iva Latifah, salah satu desainer Indonesia, yang akhirnya membuat ia bekerjasama dengan beberapa desainer muslim tersebut. Meski pada awal berdirinya, hanya 5 desainer yang baru bergabung.



Meski MUMTAAZ tidak mengeluarkan katalog busana seperti rumah busana atau butik lainnya, tetapi busana-busana muslim yang dikeluarkan oleh 20 desainer MUMTAAZ selalu berbeda tiap waktunya, tergantung dari tren yang ada ataupun kreatifitas dari desainer-desainer MUMTAAZ itu sendiri untuk menciptakan tren baru.

MUMTAAZ Behind the Scene
Sebagai Butik, MUMTAAZ memang tidak memiliki garmen sendiri untuk memproduksi busana muslim yang dijualnya, karena para desainernya yang terdiri dari Anne Rufaidah, Boyonz Ilyas, Dennie Akmal, Hannie Hananto, Iva Latifah, Yenny Tjahyawati, Kayla, Lia Afif, Lutfi Ganie, Merry Pramono, Maya Rachman, Najua, Nieta Hidayani, Nuniek Mawardi, Toera Imara, Monika Jufry, Qorina, Zahra, Alaia dan She Be.

Karena tidak mempunyai garmen itulah, MUMTAAZ sebagai butik dari desainer terkenal Indonesia hanya sebagai fasilitator dan pemasaran dari busana-busana yang dibuat oleh desainer-desainer MUMTAAZ.



Untuk soal bahan, busana-busana yang dijual di MUMTAAZ, biasa memakai bahan chiffon sutra, serat sutra ATM, Lycra dan Shantuung. Modelnya dan harganya pun sangat variatif, mulai dari 200 ribuan hingga ada yang mencapai 4 jutaan ke atas.

Selain itu, MUMTAAZ juga mempunyai cabang lain di Bogor bernama Rumah Mode Humaira, Rumah Mode tersebut didirikan oleh mantan penyanyi bernama Nisa Humaira.

Dakwah atau Bisnis?
Dari sejak awal berdiri hingga sekarang, MUMTAAZ tetap konsisten ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat mode muslim dunia.



“Selain itu, dari sejak pertama berdiri, Pak Keke, juga tetap konsisten dengan menjadikan MUMTAAZ ini sebagai lahan dakwah atau syi’ar bagi para desainer yang bergabung dan tidak hanya sebagai bisnis belaka”, terang Artaty S., Marketing Manager MUMTAAZ.

MUMTAAZ Show On!
Sebagai salah satu Butik Indonesia, MUMTAAZ sangat beruntung, MUMTAAZ tidak perlu susah-susah untuk memasarkan busana-busana muslim yang dibuat oleh 20 Desainernya, karena para desainernya tersebut secara tidak langsung memang sudah memasarkan MUMTAAZ melalui acara fashion show yang mereka lakukan setiap tahunnya.

Selain melakukan fashion show, MUMTAAZ bersama para desainernya juga rutin mengadakan parade busana tahunan, kerjasama dengan media dan mengadakan parade desainer muslim terbaik Indonesia setiap tahunnya.



Dunia fashion muslim yang semakin maju dengan ditambahnya desainer-desainer muslim muda membuat MUMTAAZ harus terus berinovasi menciptakan tren baru. “Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi oleh MUMTAAZ adalah bagaimana mempertahankan customer yang loyal dan menambah customer baru”, Tutupnya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -