Posted by : Sarah Larasati Mantovani Sunday 29 January 2012


Bagi kita yang masih pemula atau belum tahu bagaimana cara membuat berita yang benar pasti akan sedikit bingung, apalagi bagi mereka yang tidak mempunyai background pendidikan Jurnalistik atau Ilmu Komunikasi, tetapi kamu tidak usah khawatir!. Berikut ini saya akan share bagaimana cara membuat berita yang benar dan sesuai dengan kaidah KEWI (Kode Etik Wartawan Indonesia) dari pengalaman yang saya dapatkan selama menjadi Jurnalis :

Ø  Ambil poin-poin yang penting dan menarik dari suatu kejadian/peristiwa yang kita lihat, dengar dan rasakan, ingat poin-poin penting tersebut kemudian tuangkan ke dalam tulisan. Saat ingin mengambil poin-poin tersebut ingat saja dengan 5W+1H

Ø  Dalam berita harus memenuhi unsur 5W+1H (What: apa, Where: Dimana, When: Kapan, Why: Kenapa, Who: Siapa dan How: Bagaimana).

Contoh: Najwa mendapatkan penghargaan sebagai the Best Graduate of 2011 year di kampusnya, Monash University, Australia, setelah belajar keras selama tiga setengah tahun. Kalimat di atas sudah memenuhi unsur 5W+1H, seperti : (Who)  siapa yang ada di berita tersebut, (Where) dimana kejadiannya atau dimana ia mendapatkan penghargaan tersebut, (Why) kenapa peristwa itu terjadi atau kenapa ia mendapatkan penghargaan tersebut, (When) kapan peristiwa itu terjadi atau kapan ia mendapatkan penghargaan dan (How) bagaimana peristiwa itu terjadi atau bagaimana ia bisa mendapat penghargaan tersebut atau bisa juga dengan (What) dengan cara apa ia mendapat penghargaan.

Ø  Membuat berita hendaknya tidak bertele-tele, padat dan jelas. Kecuali berita yang sifatnya investigasi untuk di majalah/Koran. Panjang-pendeknya suatu berita dapat dihitung dari penghitung kata atau count words yang ada di kiri bawah Microsoft Word 2007.

Ø  Begitu juga dalam membuat judul berita, masing-masing media mempunyai kebijakan sendiri dalam membuat aturan tentang seberapa banyak kata yang harus diambil dalam membuat judul. Rata-rata maksimal 7 kata. Contoh: Tumbilotohe : Tradisi Malam Laylatul Qadr ala Gorontalo, Tujuh Bank Syariah Kerjasama dengan Muhammadiyah atau Seminar Feminisme Berhasil Sedot Perhatian Mahasiswa UIN.

Ø  Hendaknya membuat judul yang membuat orang penasaran atau yang membuat orang tertarik ingin tahu lebih jauh tentang suatu peristiwa/kejadian yang belum ia ketahui.

Ø  Judul dan isi berita hendaknya memakai kalimat aktif dan bukan pasif, agar lebih hidup dan menarik. Contoh kalimat aktif : Najwa mendapatkan penghargaan di kampusnya. Contoh kalimat pasif : penghargaan itu didapat oleh Najwa di kampusnya. Biasanya kalimat aktif memakai kalimat langsung.

Ø  Lebih bagus lagi jika kita mewawancarai narasumber yang menyaksikan kejadian/peristiwa tersebut atau si tokoh/pelaku utama yang menjadi berita.

Ø  Jika si narasumber tidak mau disebutkan namanya secara jelas dalam berita, hendaknya kita memakai inisial namanya saja. Contoh : Saksi berinisial KH mendapatkan keterangan langsung dari si korban bahwa korban sudah diperkosa berkali-kali oleh temannya. Tapi khusus berita yang sifatnya kriminal atau seperti kejahatan asusila, sudah seharusnya kita memakai inisial nama untuk nama si pelaku dan korban.

Ø  Jika ingin mencantumkan tanggal, hendaknya memakai tanggal dan bulan (07/11) jika kejadian/peristiwa tersebut terjadi pada tahun ini. Karena kebanyakan media memakai gaya ini.

Ø  Jika kita ingin mengutip berita dari media lain, hendaknya cantumkan nama medianya. Contoh : Seperti yang dikutip dari situs republika.co.id, bla bla bla…. Atau memakai APA Style, contoh : (okezone.com, 25/09). Gaya tersebut sudah lazim digunakan oleh banyak media.

Ø  Berita sama seperti makanan, jika tidak ingin waktu berlaku berita tersebut habis, sebaiknya dalam menulis dan menyusun berita tidak lebih dari waktu yang ditentukan oleh kebijakan media karena apabila melebihi dari waktu yang ditentukan, maka berita tersebut sudah tidak layak muat lagi. Rata-rata kebanyakan media menerapkan waktu maksimal satu atau dua hari untuk waktu pemuatan berita.


Contoh Berita :

Seminar Feminisme Berhasil Sedot Perhatian Mahasiswa UIN

Seminar bertemakan “Feminisme dan Kesetaraan Gender” yang dilaksanakan di ruang theater lantai 3 Fakultas Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa (21/12/2011) lalu, berhasil menyedot perhatian banyak mahasiswa UIN, termasuk mereka yang bukan mahasiswa UIN.

Ketiga narasumber hadir mengisi acara yang dihadiri lebih dari 100 peserta ini: Dr. Rukmina Gonibala M.Si selaku dosen Sosiologi UIN, Tiar Anwar Bakhtiar M.A peneliti INSISTS yang juga menjadi kandidat Doktor Sejarah UI dan Henry Shalahuddin M.A yang juga merupakan peneliti INSISTS dan saat ini merupakan kandidat Doktor di Universitas Malaya.

Suasana seminar terlihat lebih ramai saat Tiar Anwar Bakhtiar menyampaikan sejarah tentang Kartini dan Henry Shalahuddin yang menceritakan bagaimana sikap dan perlakuan Bible terhadap wanita, lengkap dengan inkuisisinya (penyiksaan, red).

Rep: Sakinah Fithriyah
Red: Sarah Mantovani

Tentunya, masing-masing media pasti akan berbeda-beda kebijakannya dalam memuat suatu berita, tinggal kita menyesuaikan gaya tulisan kita saja dengan media tersebut.

{ 5 comments... read them below or Comment }

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -