Posted by : Sarah Larasati Mantovani Sunday, 20 November 2011

Ke-universalan dari Perbankan Syariah kini tidak lagi ditunjukkan dengan lengkapnya layanan, fasilitas dan fitur yang diberikan. Kini, Perbankan Syariah diharapkan dapat melangkah ke ranah yang lebih luas lagi, yaitu dengan hadirnya pembiayaan syariah untuk sektor pertambangan dan properti, seperti pada saat seminar dan Business Gathering “Peluang Perusahaan Memperoleh Pembiayaan Syariah” di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, lalu.

 
Salah satu komitmen ke-universalan tersebut ditandai dengan hadirnya pembiayaan syariah untuk sektor pertambangan dan properti yang diberikan oleh perbankan syariah, seperti BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri.
Perbankan syariah sudah bisa masuk pada tahap pendanaan eksploitasi pertambangan”, terang Rizqullah Thohir, selaku Direktur BNI Syariah, pada saat seminar.


Selain itu, sistem pembiayaan atau penyaluran dananya sendiri hampir sama dengan sistem pembiayaan di sektor lain, seperti murabahah, istishna, ijarah, musyarakah dan adanya Letter of Credit. Sedangkan untuk pola pembiayaannya harus sesuai dengan pola berbasis cashflow (bagi hasil antara bank dengan perusahaan), stabil dan terprediksi dengan tingkat kepastian yang tinggi, berbasiskan objek dan menghindari pembiayaan yang berbasis kapitalis.

Pembiayaan di kedua sektor ini sangat mungkin terjadi mengingat total aset dari bank syariah hingga kini sudah mencapai Rp. 130 triliun dan total permodalannya sendiri sekitar Rp. 7 triliun. Ditambah lagi, setiap tahunnya Indonesia memang membutuhkan rumah sekitar Rp. 700 ribu per unit dan rehabilitasi sekitar Rp. 3 juta per tahun.

Salah satu pengusaha tambang yang juga menjadi nasabah BNI Syariah mengatakan, “Keunggulan yang diberikan oleh BNI Syariah yaitu dengan proses yang cepat, berani memberi kontrak jangka panjang dan pembayaran uang muka di depan yang signifikan”. Selain itu, dikatakannya lagi bahwa porsi kredit di sektor pertambangan masih kecil dibandingkan di sektor properti.

Seminar yang diadakan pada tanggal 17 November dan terbagi dalam dua sesi ini, juga menghadirkan Mulya Siregar dari Bank Indonesia. “Bank Indonesia ingin menjadikan bank syariah sebagai Multi Beyond Banking yang lebih dari sekedar Bank”. Ucapnya. Kemudian, ia juga mengatakan bahwa Bank Indonesia berharap bank syariah menjadi sumber likuiditas untuk pembiayaan-pembiayaan jangka pendek. Menurutnya, syariah governance selama ini juga sudah terimplementasi secara baik.

Hadi Purnomo dari Bank Syariah Mandiri (BSM) yang saat itu menggantikan Yuslam Fauzi mengatakan, key success factor BSM yang pertama di sektor pertambangan yaitu, harus tahu business model dari sektor pertambangan, selain itu BSM juga selalu melakukan riset dan workshop tentang pertambangan. Dikatatakannya pula, BSM akan menciptakan pertambangan syariah di Kalimantan Selatan dan akan mensyariahkan para mafia tambang di Kalimantan Selatan. 

Selain itu, Hadi Purnomo juga menyampaikan bahwa 60% non muslim masuk ke syariah karena kemudahannya.

Salah satu pengusaha distribusi gas dan bumi yang merupakan nasabah BSM juga ikut memberikan testimoni tentang pembiayaan yang diberikan oleh BSM, dikatakannya bahwa konsep dalam bank syariah, khususnya BSM berbeda dari bank konvensional, adanya konsep kemitraan yang sejajar atau partnership dan bukan kreditur-debitur seperti bank konvensional. Tak hanya itu, dalam bank syariah juga tidak ada konsep riba.

Semoga saja dengan meluasnya jangkauan bank syariah yang kini merambah kedua sektor tersebut dan kemudahannya yang menarik nasabah non muslim benar-benar membuktikan bahwa bank syariah sebagai bank yang universal dan rahmatan lil ‘alamin.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Journalicious - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -